Chapter 2
Namun karena jalnnya terlalu buru-buru, waktu agni berbelok ke samping perpustakaan tiba-tiba…
BRUAAKK!!!
“aduh” jerit agni kencang.
Ia menabrak seorang cowok secara tidak sengaja. Cowok itu sedang membawa tumpukan buku tebal-tebal. Agni terjatuh. Cowok itu pun dalam keadaan sama. Ia terjatuh dan buku-buku yang ia bawa bertebaran di lantai. Ify yang ada dibelakang agni sempat menghindar, namun melihat keadaan agni yang terjatuh, cepat-cepat ia membantu agni berdiri. “ag, lo nggak apa-apa kan?”
“eh kalo jalan liat-liat dong!” maki agni kesal usai berdiri sambil menunjuk-nunjuk cowok berkulit putih,berhidung mancung, dan bergaya harajuku. Yang kini berusaha memunguti buku-bukunya. “ nggak punya mata lo. Emangnya jalan ini punya monyet piaraan lo?”
Usai memunguti buku-bukunya, cowok itu langsung berdiri. Sebagai cowok, keliatannya ia tidak terima dimaki agni sekencang itu. Apalagi jelas-jelas agni sendiri yang salah.
“eh lo sendiri yang nggak hati-hati! Udah tau jalan sempit kayag gini, masih aja buru-buru! Sebenarnya yang nggak punya mata itu gue apa elo?”
“apa lo bilang?” agni emosi
“ag..” ify berusaha menahan, karena ia tau apa yang dikatakan cowok itu benar. Harusnya mereka tidak perlu berjalan terburu-buru karena jalan di samping perpustakaan memang sempit. Kalau mau berpaspasan, maka kedua orang itu harus memperlambat langkah mereka dan berjalan dalam posisi miring.
“gue bilang, yang nggak punya mata itu gue apa elo?” ulang cowok itu jauh lebih keras. Dari caranya berkata, ia menganggap agni adalah manusia budek yang telah mengalami gangguan pendengaran selama berabad-abad.
“”brengseekkk!” dengan kesal agni merengsek maju, mengakibatkan cowok itu terpaksa mundur, dan terenyak kedinding. Untung tidak sampai jatuh. Cuma beberapa buku yang dibawanya saja yang jatuh kembali.
“ugh!” cowok itu kaget. Kemudian terpana, geleng-geleng menatap punggung agni yang kini pergi. “ nggak sopan!” ucap cowok itu geram.
“sori, cak!” ify berpaling pada cowok itu, tak enak hati, sebelum ia menyusul agni.
“yee.. dasar cewek sinting!” maki cowok itu lagi pada agni. Tiba-tiba, agni memang mendengar makian itu pun berbalik. “ eo yang sinting! Idiot!” teriak agni bermaksud menemui cowok itu kembali.
“ag, udah” ify segera mengahadang agni dan berusaha menasihatinya agar bisa mengontrol emosi. Akhirnya, setelah dibujuk ify, agni pun mau pergi dari tempat itu.
“busyet tuh cewek. Kemasukan jin kali dia, ya? Siapa yang buat salah, siapa yang marah? Payah!” gerutu cowok itu geleng-geleng bingung.
Sepeninggal agni dan ify, cowok itu membungkuk. Sambil mengomel ia memunguti bukunya yang jatuh tadi. Tapi matanya malah menangkap sesuatu berwarna putih tergeletak di tengah jalan. Ia menyipit, mendekati benda itu untuk memastikan.
“kalung mutiara?” ucap cowok itu begitu meraihnya.
“siapa sih dia?” Tanya agni dengan suara masih terbalut emosi setelah mereka sampai di kelas 2 IPA 2. kelas mereka. Sejak tadi cewek ini tidak bisa mengurangi perasaan kesalnya. Belum lagi perasaan bencinya pada dea dan ega hilang, eh tadi ia bertabrakan dengan cowok sialan. Entah kenapa bawaannya jadi bete kalau melihat cowok? Kemarahan agni benar-benar sulit dikontrol
“anak baru kelas 2 IPA 4,” jawab ify sambil duduk disebelah agni.
“anak kelas 2 IPA 4? Pindahan dari mana?”
“yogyakarta,” jawab ify
“kog gue baru lihat?” agni heran
“elo yang baru lihat. Udah lebih dari sebulan, kali, dia sekolah di SMA kita. Telat lo, ag. Padahal gue kan waktu itu pernah bilang sama lo dan raya, ada anak baru yang tampangnya cakep pindahan dari yogyakarta. Tapi lo cuek aja. Dea aja yang agak kecentilan gitu. Eh, elo malah ngga peduli. Lo terlalu setia sama Rio sih! Nah, anak baru itu ya itu orangnya. Keren, kan? Sejak pertama kali masuk, dia kan langsung jadi salh satu cowok inceran cewek-cewek sekolah ini. Anak kelas tiga aja pada berebutan tebar pesona sama dia. Denger-denger nih, si Oik anak kelas tiga yang jadi model majalah itu juga nggak mau ketinggalan tebar pesona sama dia.”
“alah.. cowok nyebelin gitu pake jadi rebutan. Idih, cewek-cewek dsini pada nggak punya mata kali, ya? Atau punya maat tapi katarak semua. Bilangin tuh sama mereka, gue punya rekomendasi klinik mata yang bagus di Jakarta!” ejek agni
“hm.. kalo gue sih nggak apa-apa dibilangin katarak. Soalnya cakka emang cakep sih. Lebih keren dari pada Rio. Pokoknya Rio lewaatttt…” ucap ify dengan pandangan menerawang. Agni menoleh. Menyipit. “ cakka? Lo tau nama cowok sialan it, fy?
Ify mengangguk. ; dia tetangga gue, lagi, ag. Emang gue belum cerita ya, gue sama cakka tetanggaan? Dia cakep kan? Kedua orang tuanya tinggal di Yogyakarta. Di Jakarta, dia tinggal sama tante dini, yang rumahnya tepat di sebelah rumah gue. Eh tapi dia bukan cowok sialan lho… anaknya baik. Kata nyokap gue, tante dini sering muji-muji sifat biama. Pokoknya baik lah. Dasar elonya aja kelewat emosi tadi. Padahal lo sendiri yang salah. Jadi gue nggak akan nyalahin dia kalo akhirnya dia ngebilangin elo sinting. Hihihi…” ify menutup mulutnya menahan tawa.
“ lho. Kok lo malah mojokin gue, fy? Yang jadi temen lo itu, gue apa cakka sialan itu?!” agni tak terima.
“udah de hag. Kalo bawaannya emosi terus, lama-lama lo bisa penyakitan,” canda ify. Agni memandang wajah ify penuh curiga.
“fy?”
“ya?”
“lo tu aneh, fy!
Ify melongo. Heran. “ aneh?”
“nggak biasanya lo ngebelain cowok. Dih, tadi pake muji segala, lagi. Trus anehnya, lo tau semua tentang cowok itu, dan siapa aja yang naksir cowok itu. Sejak kapan lo berubah jadi detektif?”
Tanpa ada yag menyadari , wajah ify bersemu. Merah, kuning, ijo. Seperti habis kena sihir cinta yang memberikan efek sinar pelangi. Sihir cinta yang sakti.
“abis dia cakep sih” lagi-lagi ify memuji. “Ify udah mulai aneh ni”.. batin agni
“ tuh, kan? Lo ngebilangin dia cakep lagi, kan? Idih! Cakep mah, kagak. Nyebelin baru iya. Pokoknya kalo ngeliat dia, sama-sama ngebetein dengan ngeliat Rio! Agni menunjukkan tampang jijik.
“ya ampun. Cakka lo sama-samain sama Rio. Nggak adil tau..” ify coba membela
“bodo” ucap agni ketus.
Memang, di detik pertama ia tau Rio selingkuh, bawaan agni memang kesel kalau liat cowok. Kalau tau akhirnya bakalan kayak gini, mana mau dia kemakan sama rayuan gombal Rio waktu nembak, dulu.
Kembali mengingat Rio ngebuat darah agni mendidih lagi. Ia memang sempat menyiram wajah Rio, mendorongnya, bahnkan sampai menampar pipi Rio kemarin, tapi rasanya semua itu masih belum sanggup menghilangkan perasaan bencinya jauh-jauh.
“ASTAGA” tiba-tiba agni memukul jidatnya, sambil sibuk meraba-raba lehernya.
‘kenapa ag? Tanya ufy
“kalung mutiaranya, fy! Kalung mutiara dari Rio ilang! Aduh.. jatuh dimana ya?” agni bingung.
“ya udah nggak usah dipikirin lagi, ag. Justru bagus kan? Dengan ilangnya kalung itu,berharap aja kenangan lo sama Rio juga ikutan ilang. Dah, masa lalu.. dah, masa lalu…” ify melambaikan tangannya kekiri dank e kanan.
“nggak bisa, fy. Kalung itu harus dikembalikan ke Rio. Kalo nggak, gue nggak akan bisa tenang,” ucap agni lirih.
“ya ampun ag, kayak mau mati aja lo” darah ify berdesir
Tapi agni tidak memperdulikan ucapan ify. Ia bersiap bangkit keluar kelas hendak mencari kalung itu. Namun tak lama berselang Pak Duta, guru fisika mereka, masuk untuk memulai pelajaran.
:::::::::::
“udah nggak ada ag ify menggeleng setelah cukup lama membantu agni mencari kalung mutiara yang hilang. Wajah agni tampak kecewa. Padahal mereka sudah melakukan penelusuran di semua tempat. Di mulai dari kantin, disamping perpustakaan, dan seluruh pojok kelas sudah mereka aduk-aduk. Tidak ada satu jengkal pun dari tempat itu yang terlewati.
“paling-paling udah ditemuin sama oranglain, trus diambil. Atau dijual deh ditoko perhiasan,” kata ify.
“haha? Dijual?” agni kaget. “yang bener aja lo, fy”
“mutiara asli, juga ada harganya ag”
“hh.. agni menghela napas panjang kecewa.
:kalo tau bakal ilang, coba awalnya lo kasih ke gue, trus gue yang ngejual. Gue bawa deh, ke pegadaian,” terdengar suara dengungan suara ify
“dasar! Lo tu emang terlahir sebagai tukang gadai fy!” cela agni.
::::::::::::
Matahari sore masih terasa hangat. Jam sudah menunjukkan pukul 17.00 agni pulang dari sekolah. Ia baru saja turun dari bajaj dan masuk pagar rumah. Ia merasa setengah harian ini tidak sempurna. Kejadian menyebalkan terjadi secara beruntun. Bertengkar dengan dea, dan kalung mutiara yang dikasih Rio yang harus dikembalikan pun hilang. TUNGGU! Bertemu cowok menyebalkan jangan lupa. Kenapa dua hari ini nggak ada indah-indahnya sih? Dalam hati agni mendamprat.
Rumah agni terdiri atas dua tingkat, bentuknya sederhana, tidak begitu besar, lataknya di area sebuah kompleks perumahan. Rumah ini merupakan peninggalan papa agni yang sudah meninggal sekitar tiga tahun yang lalu. Papa agni meninggal akibat kecelakaan waktu mendapat tugas kantor keluar kota. Oleh karena itu. Kini agni tinggal dirumah nya berdua bersama mamanya.
Di ruang tamu, tampak mama agni sibuk menghitung uang yang bertebaran di meja. Kemudian ia terlihat mencorat-coret kertas dengan bolpoin, lalu sesekali ia menekan-nekan tombol kalkulator yang ada di sampingnya. Kemudian menulis lagi.. tampaknya mama sedang menghitung pengeluaran bulan ini.
“.. delapan ratus, sembilan ratus, ngng… jadi total semuanya.. ya ampun.. masih kurang banyak…” usai menulis dan melakukan penghitungan, mama meletakkan bolpoin yang dipegangnya. Ia menarik napas panjang. Napas yang berat. Wajah perempuan berusia 41 tahun ini tampak lelah. Mama agni bekerja sebagai staf marketing took kue yang lumayan terkenal di mal pondok indah. Toko kue ini cukup berkembang pesat memiliki cabang yang tersebar di Jakarta, juga dibeberapa daerah.
“ sore, maa” sapa agni yang barusan masuk rumah. Ia langsung menemui mama dan mencium tangan wanita itu. Mama mengulurkan tangan kanannya dan menghentikan kegiatannya menulis. Ia memandangi agni. Sesaat ia tertegun. Berpikir . lalu berkata denganberat,
“ag”
“apa, ma”
“duduk sini”
Begitu duduk berhadapan dengan mamanya, mata agni memandang bingung pada uang yang bertebaran di meja. Tatapannya lalu beralih ke wajah mama yang keliatan capek sekali.
Seolah mengerti maksud pandangan agni, mama berkata lirih, “ biaya pembayaran rumah sakit mama, yang mama pinjam dua bulan lalu dari bos mama, ibu rosa, mau mama balikin. Tapi..” suara mama tertahan. Agni bergeming, masih menebak maksud mama. “ mama kan udah sembuh, keluar rumah sakitnya aja udah sebulanan yang lalu. Mama janji mau balikin uangnya dalam jangka waktu sebulan. Tapi ini udah lewat dua bulan. Meski mama udah gajian hari ini tapi tetap saja belum cukup..” kata mama.
“masih kurang berapa ma?” Tanya agni sedikit khawatir setelah mengerti maksud ucapan mama.
“lumayan banyak. Dua juta lima ratus ribu lagi” agni tersentak. Kemudian berpikir. “ambil aja uang tabungan agni ma” agni menawarkan.
J”jangan ag. Itu kan buat keperluansekolah kamu. Lagian kalo uang tabungan kamu semuanya diambil, juga belum cukup”
“iya sih ma. Taoi mau gimana lagi? Minimal bisa ngebantu. Sisanya kita minta tempo aja sama ibu Rosa.
“mama menggeleng lemah ”gini, saying sebenarnya mam punya usul. Beberapa malam ini. Mama udah pikirin mateng-mateng cara mendapatkan uang tambahannya. Tapi mama harus minta persetujuan kamu, karena mungkin agak sedikit mengganggu kenyamanan kehidupan rumah kita. Semoga kamu bisa mengerti ya saying?”
“ usul apa ma? Mungkin agni bisa Bantu. Lagian kan emang udah kewajiban agni uat Bantu mama.”
Mama tersenyum, memegang lembut tangan agni.
“ag, rumah peninggalan papa kamu ini kan terdiri dua lantai, saying. Mama pikir bagaimana kalau lantai diatas kita jadikan tempat kos. Besok pagi kamu beres-beresin kamar. Dan pindahin barang2 kamu ke kamar belakang lantai bawah ya?”
“ ya udah deh ma.. gag apa”
Keesokannya. Agni supersibuk! Dia harus turun naik tangga buat mindahin barang-barangnya kekamar bawah. Dan menyusun kembali barang-barangnya di kamar barunya itu. Namun ia sengaja tidak memindahkan foto papanya yang terpajang didinding.
Kamar itu sudah kosong dari barang-barang agni. Yang tersisa hanyalah satu ranjang tidur, lemari besar, serta bingkai foto papanya. Sebenarnya agni keberatan untuk pindah kamar, karma kamar ini udah menjadi sebagian kehidupannya. Namun apa boleh buat. Ini semua buat Bantu mama. Ikhlas. Ikhlas. Ikhlas. Agni menabahkan dirinya sendiri. Lalu ia menuju keluar kamar. Sesaat agni berpaling, memandangi kamar itu sekali lagi. Lalu sambil tersenyum ia berkata. “ selamat mendapatkan penghuni baru..” ia menutup pintu.
::::::::::::::::
Bel sekolah berdering nyaring. Seiring kaat penutup dari guru yang mengajar pelajaran terakhir siang itu. Semua siswa membereskan peralatan sekolahnya, dan beranjak dan berhamburan keluar kelas.
Namun meski anak-anak 2 IPA 2 hampir sepi, agni masih sibuk di bangkunya membereskan sesuatu. Ia mengeluarkan setumpuk kertas ukuran kuarto warna kuning darri tasnya. Dan ketiak hendak berdiri, tanpa sengaja selembar kertas itu melayangjatuh.
“apaan ini ag?” Tanya ify yang masih ada disana juga. Ia membungkuk, memungut kertas itu. Disana ia membaca iklan yang bertuliskan :
MURAH!!!
KOS-KOSAN
(LANTAI ATAS)
JL. KIWI ii NO 24, DEKAT MESJID AL-AMIN.
TERDIRI ATAS SEBUAH KAMAR DAN RUANGAN TAMU YANG CUKUP LUAS
DISEDIAKAN FASILITAS MAKAN,CUCI BAJU, DAN SETRIKA
INFO LEBIH LANJUT HUBUNGI:
IBU DAHLIA SAFITRI 021-XXXXXXX
ATAU HUBUNGI HP : 08XXXXXXXXXXX
Rumah siapa yang mau buka kos-kosan, ag?” Tanya ify lagi begitu mengerti maksud iklan pada selebaran itu
“rumah gue” jawab agni menghela napas
“trus elo sama mam lo tinggal dimana?
“gue sama mam masih tinggal dirumah it kok. Cuma kita tinggalnya di lantai bawah. Sedangkan yang dikosin di lantai atas, itu loh kamar gue. Ddan gue udah pindah ke lantai bawah” jelas agni
“kenapa” Tanya ify penasaran
“ mama butuh uang buat bayar utang nya sama Ibu rosa bosnya. Waktu itu mam pinjam uang buat biaya rumah sakit waktu sakit DBD, dan harusnya dikembalikan dalam sebulan, tapi udah dua bulan, uangnya masih belum cukup. Dan akhirnya mam mutusin buat jadiin kamar gue kos-kosan. Tapi gag apa lah. Cuma kayak gini gue bisa Bantu mama gue”
“oh” ify turut prihatin sekaligus bangga dengan agni. “ em.. gue bantuin sebarin brosurnya deh” ify menawarkan diri. Ia langsung mengambil setengah brosur dari tangan agni.
“serius lo fy, mau bantuin gue?”
“iya..”
“duh lo itu emang sahabat gue yang paling baik, fy.. cantik lagi” agni mencubit pipi ify
“ugh.. bilang gue baik aja sekarang. Emang udah dari dulu kali..” oceh ify
“eh tapi nyebarinnya jangan disekolahan ini ya? Gue nggak mau kalo anak-anak tau. Gue nggak nyaman kalo sampe tinggal satu rumah sama anak-anak yang satu sekolah sama kita. Pokonya sebarin jauh-jauh deh..” pinta agni
“iya tenang aja..”
“maksih, fy”
“ ya udah, kita pergi yuk?”
Keduanya berbarengan keluar kelas.
Di depan kelas, hal yang tak terduga terjadi. Tanpa disangka-sangka, agni dan ify bertemu dengan cakka. Cowok sialan yang bertabrakan dengan agni di samping perpus hari sabtu kemarin.
“begitu mendekat, cakka langsung berhenti didepan kedua cewek itu
Agni memandangnya sinis. Kemudian melengos.
“hai, cak..”sapa ify ramah
“hai, fy..” balas cakka juga ramah, tapi langsung berubah dingin begitu menatap agni. “ kebetulan banget kita ketemuan disini. Niat gue emang mau kekelas lo”
“lo nyari siapa, cak? Anak-anak kelas gue udah pada pulang. Kelas udah kosong tuh. Tinggal kita berdua aja” kata ify
“gue mau ketemu dia” ujar cakka malas melirik agni
Loh? Kok? Ify kaget. Perlahan ia berpaling kea rah agni. Bingung. Keduanya saling pandang
“gue?” agni menunjuk dirinya heran sekalipun kaget. Kemudian tertawa sinis. “ hah? Mau ketemu gue? Mau apa lo? Mau minta maaf masalah kemaren? Nyadar kalo lo salah? Baguslah.” Suara agni ketus
“eh jangan geer lo. Nmana mau gue mintamaaf kalo gue nggak salah” cakka tersenyum mengejek.
“trus mau lo apa? Mita tanda tangan sama gue?” ejek agi
“sori! Kurang kerjaan! Gue Cuma mau ngembaliin ini..” cakka merogoh sesuatu dari dalam kantong celananya. Lalu tangannya ia julurkan ke hadapan agni. Tampaklah kalung mutiara warna putih di telapak tangan cakka. “ barang kali ini punya lo?”
“kalung gue” agni kaget dan langsung meraih benda itu secepat kilat. Tapi cakka keburu menarik tangannya kembali lebih cepat dari gerakan tangan agni, hingga membuat agnu hanya menggapai angina. Hal itu sukses membuat agni merasa barusan menjelma menjadi orang tolol. “ hei?!” agni melotot
Ify melongo tak mngerti melihat keduanya bergantian
“ lo mau kalung ini balik ketangan lo? Kalo iya, lo yang minta maaf sama gue!” pinta cakka
Wajah agni merah padam merasa dipermainkan. “ buat pa gue minta maaf sam lo? Ngejatohin harga diri gue aja, tau nggak?”
“udah gue duga..” cakka tersenyum sinis mendengar jawaban agni. Di saat ini, memberi pelajaran pada agni rasanya adalah keharusan. Dan yang mengagetkan, dengan santainya cowok itu menjatuhkan kalung mutiara tersebut ke lantai.
“elo..?” agni tercekat
“ itu! Lo ambil aja sendiri! Gue mungutnya di lantai waktu kita tabrakan di samping perpus. Buat cewek nggak sopan macamm lo, gue rasa ngembaliin kalung ini di atas lantai malah jauh lebih pantas, daripada ngembaliinnya secara baik-baik ke tangan lo!” Usai mengatakan hal itu cakka pergi.
“COWOK IDIOT!!!” teriak agni geram karena kelakuan cakka barusan. Ekspresi tak terima pun ia selipkan. Tapi cowok itu tidak peduli dan dengan cueknya terus saja berjalan. Agni marah, ia mencoba menyusul, tapi segera dicegah ify.
“ag, udahlah..” ify menarik tangan agni
“lo gag liad kelakuan anak baru idiot itu, fy? Dia menghina gue! Abis makan obat nggak tau diri tuh orang!” erang agni makin geram.
“ag. Emosi sih emosi, tapi kalo elo ngurusin dia, mau sampe jam berapa kita nyebarin brosur ini? Lo lupa ya?” ujar ify sambil mengangkat brosur yang dipegangnya tingi-tinggi.
Ya ampun.. agni tersadar. Ia menghela napas, menyadari niatnya semula. Oke kalau ia mau dimarahi mama, maka kejar saja cowok itu dan marahi habis-habisan. Kalau ingin membantu mama, akhiri saja kekesalan ini. Tobat. Tiga hari berturut-turut dirundung kekesalan. Dengan berat hati ia memungut kalung mutiara pemberian RIO yang ada dilantai, lalu menyimpan di dalam tas.
“lo bener fy. Nyebarin brosur ini jauh lebih penting daripada ngurusin si idiot gila itu” tatap agni kesal pada cakka di kejauhan. Lalu keduanya pergi.
Tak jauh dari tempat itu, seseorang bersembunyi di balik tembok. Dea. Menatap kepergian kedua sahabatnya dengan perasaan sedih.
Setelah mereka menyebarkan brosur dimana saja, sekitar jam 17.00 merekapun berpisah. Ify menyetop taksi,pamit, dan melambaikan tangannya pada agni. Setelah taksi itu pergi, agni pulang menumpang bajaj. Ify sudah sampai didepan rumahnya pukul 18.03. ia sudah membantu menyebarkan brosur milik agni. Kini yang tersisa tinggal satu lembar yang masih ada dalam genggamannya. Begitu mau masuk pintu gerbang rumah, sesaat ify berhenti. Pandangannya jatuh pada tiang listrik yang berdiri kokoh di sebrang jalan. Kemudian ify manggut-manggut seolah menemukan ide cemerlang. Segera ia mendekati tiang listrik itu. Tempat yang lumayan strategis.
“gue rasa daerah ini lumayan jauh dari sekolah. Yeah, siapa tau aja ada orang lewat, trus tertarik sama iklan ini.” Ify menempelkan brosur berwarna kuning itu disana. Setelah selesai ia kembali memasuki pintu gerbang rumahnya.
Tak lama berselang, sebuah motor melintasi jalan itu. Entah apa yang menarik minat pengendaranya, perlahan motor itu berhenti tepat disamping tiang listrik yang ada disebrang rumah ify. Pengendara motor itu membuka helmnya. Tampaklah wajah yang tampan hidung yang mancung dan rambut style harajuku. Cowok itu ternyata cakka. Ia memang tinggal dikawasan ini. Bola matanya membaca dengan teliti brosur kuning yang menempel di tiang listrik.
Baca sampai tuntas. Cakka tersenyum senang. Menyunggingkan senyum tercerah yang bisa ia keluarkan.
“wah jalan kiwi? Kalo nggak salah deked dengan sekolah gue. Kebetulan banget ni.” Cakka seolah menemukan apa yang selama ini ia cari.
Tanpa piker panjang, cakka menarik brosur itu dan menyimpannya di kantong jaketnya. Setelah itu ia masuk kegerbang rumah dua tingkat. Persis disebelah rumah Ify.
“cakka, baru pulang?” sapa tantenya.
“eh tante nana” melihat tante nana, cakka menghentikan langkahnya yang semula hendak menuju kamar. Ia pun berbalik mendekati wanita itu. “ tan, kalau jadi.. cakka beneran mau pindah”
Tante nana agak kaget. “kamu serius, cak?”
“yeah.. tapi itu juga kalau cakka udah ngedapetin tempat kosnya, tan…”
“apa nggak seharusnya kamu tetep tinggal disini aja? Rumah ini juga kan masih luas cak. Cuma ada tante,oom, dan shilla…”
“nggak apa-apa tan. Lagian cakka pengen hidup mandiri,” cakka memberi alas an. Alas an yang masih belum dipercayai kebenarannya. Ia sendiripun ragu dengan alasan itu. Tante nana memang tidak lekas percaya. Namun ia juga tak punya hak untuk membatasi cakka terlampau jauh. Cakka sudah cukup besar dan mampu dipercaya dalam menentukan langkah. Walaupun di dalam hati tante nana tetap terbesit rasa khawatir. Ia sangat menyayangi cakka layaknya anak sendiri.
“ya udah.. tante sih nggak mau memaksa apa yang udah menjadi keputusanmu. Cuma yang tante harap kamu mendapatkan rumah kos di lingkungan yang baik. Dan satu lagi, tante harap alasanmu pergi dari rumah ini bukan karena kamu sering berantem dengan shilla..”
Cakka tersentak. Kemudian tertawa getir. Matanya segera beralih pada sebuah bingkai foto besar yang terpajang diruang tamu. Foto cewek seusianya berambut panjang lurus yang sangat cantik. Dialah shilla yang dimaksud.
“ya nggaklah tan. Mana mungkin karena shila..
“syukurlah..” tante ana lega.
“oya kasih taut ante kalau kamu udah mendapatkan tempat kos yang cocok ya?”
“iya tan..” cakka mengangguk. Tersenyum. Lalu berbalik menuju kamarnya diikuti pandangan mata tante ana yang juga tersenyum. Dibalik dinding dari arah ruang belakang, seorang cewek juga tengah memerhatikan cakka yang menghilang masuk kamar. Cewek berwajah cantik, berambut panjang lurus ini berdiri sambil melipat keduatangannya, sementara matanya mengawasi pintu kamar cakka yang barusan ditutup, dengan sorot mata tanpa ekspresi.
“mau pergi kemana lo cak? Keinginan lo buat pergi bisa dimulai kapan aja. Tapi kemauan gue supaya elo tetap disini juga besar. Seberapa pu jauhnya elo pergi, gue nggak akan bersedia ngelepasin lo” ucapnya pelan.
PRANGG!!!
Tante nana yang masih tegak mematung di ruang tamu, tersentak mendengar suara benda dibanting dari arah belakang. Suara itu disertai jeritan histeris.
“shilla?!” panggilnya cemas, mengejar seorang yang menjerit-jerit di ruang belakang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar